Jumat, 24 Februari 2012

Biar Ga’ Cuma menikmati! Ayo berinovasi!

Kehidupan manusia saat ini sudah manja. Hampir segala aktivitas telah dimudahkan oleh teknologi yang terus maju seiring dengan perkembangan zaman. Para ilmuwan terus mencoba untuk menciptakan segala sesuatu yang memudahkan segala aktivitas hidup manusia.
Aneka keadaaan alam yang ada dan berbagai macam sumber daya alam memacu berfikir manusia untuk menciptakan segala sesuatu yang menguntungkan. Upaya penggalian ilmu pengetahuan dan teknologi dunia semakin ketat bersaing guna menduduki tingkat reputasi manusia yang tertinggi di mata dunia. Teori-teori terus mengalami perbaikan hingga terbangun ilmu pengetahuan yang bernilai bagi perkembangan dunia sains guna berlangsungnya pendidikan manusia agar slalu terasah dalam berfikir. Kemudian ikut serta dalam berinovasi mengambil tindakan untuk mengatasi segala permasalahan yang timbul akibat kejadian alam dan teknologi yang mungkin terjadi. Hal ini terus berlanjut seiring dengan perjalanan hidup yang terus berlangsung.
Hingga kini, seluruh manusia di dunia ini berhak memberikan partisipasinya untuk mengubah keadaan hidupnya menjadi lebih baik. Tentu saja, hal ini tidak lepas dari kesadaran masing-masing individu untuk mempunyai etos kerja yang tinggi dalam bidangnya masing-masing. Namun, segalanya harus ditopang dengan pendidikan yang tinggi, ilmu yang berkualitas, data yang valid dan dapat dipercaya serta disetujui oleh berbagai pihak penguasa ilmu pengetahuan. Untuk mencapai hal tersebut, manusia saling bersaing untuk memperoleh kedudukan hingga mampu berkompetisi di dunia iptek guna mendapatkan kehidupan yang mempunyai reputasi kuat dan semakin puas.
Pendidikan yang berkualitas adalah anomali kemajuan ilmu pengetahuan suatu negara. Sehingga apabila di Indonesia sumber daya manusianya mampu untuk berpendidikan yang setingi-tingginya. Sesungguhnya akan banyak ilmuwan dunia yang lahir dari Indonesia. Oleh karena itu semangat berkreasi itu perlu ditimbulkan sedini mungkin. Kemudian naluri untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi itu akan membara dengan sendirinya. 
Namun, teknologi yang memanjakan masyarakat Indonesia lebih dahulu merasuki. Seperti semisal adanya HP dan sepeda motor yang menggerogoti biaya hidup mereka hingga tanpa sadar telah mengakhirkan biaya untuk pendidikan. Secara tidak langsung, hidup yang bermanjakan teknologi telah mengubah pola berfikir masyarakat. 
Di kalangan pelajar Indonesia lingkungan keluarga, orang tua, serta teman-temannya juga mempengaruhi keadaan hidupnya yang lebih mementingkan hiburan hingga menyebabkan pemborosan, gaya hidup yang mengutamakan gengsi dalam berbagai tuntutan hidup, serta nilai pelajaran yang menuntut untuk mendapatkan rangking tertinggi dan ijazah, bukan penguasaan materi ilmu dan penerapan ilmu yang dimaksud. Hal ini membuat budaya segala sesuatu yang instan itu terbentuk. Keadaan seperti ini tidak jarang terjadi dikalangan pelajar di Indonesia.
Tidak jarang ditemukan para pelajar yang puas hanya dengan mengantongi ijazah SMA saja. Selain keadaan yang sudah jenuh dalam belajar, kendala biaya pun menjadi persoalan yang paling utama. Padahal, sejatinya mereka mampu untuk bisa melakoni belajar di bangku kuliah. Hanya saja ketidakmauan yang keras itu tidak tertanam pada dirinya. Kendati biaya menjadi persoalan, banyak berbagai cara untuk mendapat beasiswa ataupun menabung dengan uang milik sendiri juga sebenarnya bisa dilakukan. Realita yang sulit dipahami dikalangan pelajar adalah ketika mereka mampu menyuplai makan HP dan motor. Namun tak dapat menyisihkan biaya untuk menyuplai ilmu di masa depan. 
Hp memang sebuah alat komunikasi canggih yang saat ini seakan menjadi sebuah kebutuhan primer seluruh kalangan masyarakat dari atas sampai bawah. Sedang Pulza yang diserap HP setiap hari itu tidaklah murah. Adapun motor adalah alat transportasi yang mudah dikendarai dan tidak memakan waktu serta tidak melelahkan agar sampai tujuan. Kini sepeda motor tengah marak dinikmati semua kalangan masyarakat dimanapun dan kapanpun tanpa memperhatikan seberapa banyak bensin yang mereka minum setiap hari. Tidak disadari juga bahwa energi tersebut tidak dapat diperbaharui. Dengan begitu, apakah seorang pelajar yang mengaku tidak mampu membiayai kuliah itu penting mengenakan HP dan sepeda motor? Sedangkan jalan keluar untuk berkomunikasi tanpa HP dan melaju tanpa kendaraan bermotor dapat dilakukan.
Apabila dijumlahkan keseluruhan biaya untuk HP dan motor, bukankah lebih dari cukup bila biaya itu dikumpulkan untuk biaya kuliah dalam waktu beberapa bulan? 
Bukan teknologi yang patut disalahkan. Tetapi, bagaimana masyarakat mencerna segala kemudahan oleh teknologi itu yang perlu dikoreksi. Seharusnya, teknologi yang kian membabi buta keadaan masyarakat Indonesia ini menjadi suatu motivasi untuk lebih dari sekedar sebagai konsumen yang mengimpor berbagai macam produk teknologi dari negara-negara maju. Motivasi inilah yang perlu ditanamkan oleh pelajar di Indonesia. Bukan hanya mengadopsi SDM dari negara maju untuk mengelola segala macam potensi alam Indonesia yang luar biasa. SDM dari dalam negeri pun sebenarnya mampu untuk mengelupas problema bangsa agar mampu bersaing dengan negara maju. Hal ini yang perlu dikenalkan oleh para penerus estafet pemimpin bangsa. Oleh karena itu, berkreasi dan mandiri itu harus diterapkan pada anak sedini mungkin.
Kepada para pendidik anak bangsa calon pengganti para koruptor dan penerus pejuang bangsa agar lepas dari belenggu keterpurukan. Upaya mendidik dengan tidak mengabaikan pentingnya pengenalan terhadap moral yang baik, kemandirian, serta kreativitas hendaknya slalu diterapkan. Kepada penguasa kebijakan, hendaknya sangat penting memperhatikan penyebaran pendidik yang berkualitas di sekolah-sekolah manapun dari sabang sampai merauke. 
Solusi yang diusulkan pada penentu kebijakan bahwa pemerintah sebaiknya turun tangan mengatur pola hidup masyarakat agar tidak pemborosan dalam menggunakan bensin dan atau energy lainnya. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara pembuatan peraturan agar tidak menggunakan kendaraan bermotor dalam jangkauan jarak perjalanan kurang dari 8 km. Atau bisa juga hal ini diwajibkan untuk pelajar agar tidak boleh mengenakan kendaraan bermotor. Agar masyarakat mengutamakan biaya pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi melalui media masa maupun secara langsung. Melalui para pendidik anak bangsa dapat juga terus dimotivasi agar tidak putus sekolah. Terlebih, untuk siswa yang pintar. Harus diupayakan untuk tetap sekolah. Bidik misi yang sudah berlangsung hingga saat ini, adalah salah satu upaya pemerintah juga. Namun, itu belum cukup jika kenyataannya masih banyak siswa SMA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
Dengan mencanangkan peraturan yang mengarah pada penghematan energi seperti menghemat bensin pada pelajar. Diharapkan pemikiran pelajar akan terasah untuk berinovasi menciptakan hal-hal yang baru agar energi semakin dapat dihemat. Bukan hanya sekedar slalu menikmati adanya teknologi yang terus berkembang, tapi ikut mengembangkan teknologi dalam penghematan energi. Agar pelajar yang saat ini tengah menikmati mudahnya komunikasi, transportasi, dan hiburan karena teknologi tidak hanya sekedar menikmati, namun juga turut berinovasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar