ketika lenteraku redup
aku tak mengerti mengapa lenteraku seringkali redup akhir-akhir ini
aku ingin menghibur diriku sendiri
siluet senja.
aku ingin pergi ke sana....ah.
ya Allah kenapa berat ?? untuk meninggalkan kebiasaan2ku menonton film, menyanyikan lagu2, dan jarang membaca serta menghafal Al-Qur'an. hiks..hiks..
padahal cita-cita termulia adalah menjadi anak shalihah, ahli ibadah, dan hafidzah.
oh... astaghfirullahal'adzim...
refresh otakku dg memandang tempat2 yg ingin kukunjungi
baiklah. aku ingin menatapmu, menghayatimu dan berusaha mendekatimu dg giat belajar dan bekerja dari sekarang.
kata seorang yang tiba-tiba mendapatkan kesempatan luar biasa untuk bisa ke Mekkah,, harus slalu Allah..Allah dan Allah yang diingat.
Alhamdulillah,, panggilan Bu Guru sekarang bukan sekedar mimpi atau hanya kiasan bagiku.
suatu saat Kepala sekolah tempat ku ppl kemarin datang ke rumah, memitaku untuk mengajar di SMAnya.
Alhamdulillah........
tak ada lagi alasan untukku kini meninggalkan semua kebiasaa2 burukku.
tak ada lagi alasan,, bila masih saja beralasan maka panggilan Bu Gurumu itu hanya sekedar panggilan tanpa arti. Astaghfirullah....
Ya Allah jauhkanlah aku dari kemunafikan diri, jauhkanlah aku dari hati yang keras, lembutkanlah hatiku ya Allah... yang mampu menangis tatkala mengingat dosa-dosaku, mengingat mati, surga dan neraka..
aku ingin pergi ke suatu tempat bersama orang-orang yang ku cintai.
Refreshh my mind.
Refresh my heart
Refresh my self
Menikmati travelling life, sambil menikmati keindahan alam ciptaan-NYA.
Bismillah.... Semangat Nykripsi dulu,, nanti baru berkunjung.
Bismillah...... :) :) ;)
Kamis, 05 Februari 2015
Kamis, 22 Januari 2015
Gersang
Malam yang gersang. Meski di luar
tanah sedang senang dilimpahi hujan lebat. Namun di sini, di dalam kamar kini
kurasakan gersang dalam diriku sendiri. Ku biarkan diriku tenggelam mengenali
siapa sebenarnya diriku. Agar kemunafikan tak menggerogoti keimananku. Aku
beriman, apakah hanya sesaat ketika aku mengetik bahwa “aku beriman” ataukah
memang itu mampu aku buktikan? entahlah. Iman meliputi hati, perkataan dan
perbuatan. Hati dan perkataan mungkin sudah aku tunaikan setulus-tulusnya..
namun, untuk perbuatan,, sudahkah aku menunaikan segala yang DIA Pinta??
Entahlah. Masih ada sesuatu yang membuatku masih merasa kotor, hingga jiwa
ragaku masih merasa gersang.
Kubiarkan diriku mengenal diriku sendiri, apa yang
sebenarnya terjadi pada diri ini. Mengapa aku begitu menginginkan suatu
keinginan yang tak kumengerti. Ku berikan kata hatiku dan jiwaku berlabuh
menggapai sebuah jalan yang memang masih buntu. Mungkinkah karena diri yang
terlalu kotor sehingga malu untuk bertemu Tuhannya lalu mendamba cinta pada
sesama hamba yang penuh dengan kekhilafan pula ataukah karena nurani dan hati
ini yang sudah tertutup oleh dusta?? Aku pun tak tau.
Kubiarkan diriku
mengenal diriku sendiri… kenapa aku masih kurang dan kurang sementara limpahan
Rahmat dan Kasih sayang-Nya tiada tara… sungguh. Ada apa denganku? Kenapa aku
begini? Masih tersisa kah dendam dihati, atau secerca kebencian, kelicikan atau
kedustaan??. Lalu apa arti syahadatku selama ini?. Betulkah aku sudah
mencintai-NYA sepenuh hatiku? Jika iya, mengapa belum sepenuhnya apa yang DIA
perintah dan larang aku penuhi? Bukankah seorang pecinta akan selalu dengan
senang hati menuruti apa diminta oleh yang dicintainya? mengapa aku mendambakan
juga cinta dunia yang melenakanku? Mengapa aku? Owh….gersang. sungguh aku
merasa diriku gersang. Siramlah air kesejukan dijiwaku Tuhan…. Aku
membutuhkan-MU.
Kubiarkan aku berlabuh mengenali diriku. Apa yang sebenarnya
terjadi dan apa yang sebenarnya kucari. Hartakah? Tahtakah?Cintakah? Atau
bahagiakah?. Apakah aku sudah menjadi diriku sendiri? Ataukah aku masih tabu
akan diriku sendiri?
Biarlah… aku. Menapaki langkah-langkah pasti untuk
menyelesaikan studiku mesti melawan gersang dalam jiwaku. Aku harus menghadapi
dan melakukan apa yang ada di depan mataku. Karena aku tak pernah memiliki
waktu, hanya ingin terus berbuat untuk kedua orang tua dan orang2 tercinta dan
terdekatku. Mungkin merindukan atau mencintai serta benci pada seseorang di dunia
ini hanyalah sekedar cobaan bagi setiap nurani yang merindukan cinta sejati nan
hakiki. Allah yang menciptakan rasa dan telah mentakdirkan semua ini.
Alhamdulillah fii kulli hallin.
Janganlah merasa berat sebelum kamu melakukan. Sesungguhnya
hati yang bersih dan jiwa yang suci akan membuatmu nyaman melakukan sebuah
kewajiban. Maka sekarang kubiarkan aku berlabuh mengenali diriku yang
sesungguhnya.. bila memang jiwaku masih dipenuhi noda-noda.. biarkan dzikirku
pikirku dan imanku serta doa2 penuh pinta ampunan pada-NYA bisa
membersihkannya… saat ini aku masih mencarinya. Menghamba menemui ruh diriku
yang masih diliputi sifat kemunafikan ini. Aku ingin mencerca diriku bila
memang diriku masih munafik, menyelidik kenapa demikian hingga menemui muara
jalan untuk membersihkannya. Ya Allah permudah langkahku…
Agar aku bisa merasakan genangan air mata yang sudah lama
kering kerontang,, gersang tak berarti.
Aku ingin menangis Tuhan…..
Jauhkanlah aku dari kemunafikan, kejahatan serta kedzoliman
terhadap diriku sendiri. Jauhkanlah aku dari ke-pura-puraan tegarku yang
menyiksa batinku selama ini. Ijinkan aku jadi pribadi yang jujur,,
sejujur-jujurnya, anggun bermoral, cerdas, dan berhati lembut berhati lembut
berhati lembut ya Robbi….
Allah, Allah, Allah,, allahummashalli’ala Muhammad wa ‘ala
ali Muhammad.
Di malam penuh bintang
Di atas sajadah yang
kubentang
Sendu sedan sendiri
mengadu pada yang Maha Kuasa
Betapa naïf diriku ini
hidup tanpa ingat pada-MU
Urat nadipun tau aku
hampa……..
Di malam penuh bintang
di
Di bawah sinar bulan
purnama
Kupasrahkan semua
keluh dan kesah yang aku rasa
Sesak dadaku menangis
pilu saat kuurai dosa- dosaku
Dihadapan-MU ku tiada
artinya..
Doa Qalbu tak bisa aku
bendung
Deras bak hujan di
gurun sahara
Hatiku yang
gersang…………………
Terasa oh tentram
Hanya ENGKAU yang tau
siapa aku
Tetapkanlah seperti
malam mini
Sucikan diriku..
selama-lamanya.
Debu dan manusia
dari apa yang saya pikirkan, untuk menasehati
diri sendiri dan juga semoga menjadi inspirasi bagi siapapun yang “mau-maunya”
membaca tulisan saya
.
Bagaikan debu jalanan yang tertiup angin
Seperti apa hidupnya seorang anak manusia,, ia
tak terlihat dari mata seorang pilot yang sedang menerbangkan pesawatnya di
atas awan. Bagaimanapun seorang anak manusia hidup,, ia tak terlihat antar
manusia lain yang berada di tempat yang berbeda namun setiap hati dan jiwa
seorang anak manusia dapat terlihat dari Ars-nya ALLAH. ALLAHUAKBAR!!
Ketika seorang anak manusia bertanya……
Mengapa harus ada harapan bila akhirnya hanya
hilang ?
Mengapa harus datang bila akhirnya hanya pergi
takkan kembali ?
Mengapa pernah ada bila akhirnya tiada ?
Lalu untuk apa ada-nya itu untuk ketiadaan ?
Untuk apa konkrit bila akhirnya hanya abstrak ?
Semua pertanyaan diatas sepertihalnya menanyakan
mengapa ada kehidupan bila akhirnya berujung pada kematian? atau seperti halnya
lirik lagu shela on seven yang berbunyi “mengapa ada sang hitam,, bila putih
menyenangkan….?”
Pertanyaan konyol tentang kehidupan…kemudian
ditemukanlah jawaban klasik yang memang begitulah adanya…
Semua hal yang terjadi sudah menjadi
kehendak-NYA. Terkadang memang tak sesuai dengan harapan, terkadang memang
berat menghadapi kenyataan, namun itulah… dari masalah kita belajar untuk menjadi
tangguh. Kita tumbuh bersama pengalaman. Sabar dan menerima keadaan untuk
berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Bisa jadi,, itulah cara-NYA
mendekatkan seorang hamba pada SANG KUASA.
Kemudian renungkanlah…. Betapa MAHA BESARnya
ALLAH…! Betapa MAHA KUASAnya ALLAH…! Semua yang telah terjadi atas scenario
dari Allah. Betapa kecilnya manusia di hadapan-NYA?? Betapa ia tak memiliki
apa-apa… Ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan… ketika terjatuh dan sulit
untuk bangkit… ,,ketika resah tak bertepi menerpa … apa yang dirasakan manusia?
Sedih… seperti tak ada lagi arti ia hidup. Kesedihan …yang sungguh bila
ditelusuri lebih lanjut itu tak mengurangi sedikitpun dari KEKUASAAN ALLAH..!
justru apabila manusia tenggelam dalam keterpurukan hanya akan merugikan
dirinya sendiri….
Bila tak ada hitam,, kita takkan mengerti
indahnya putih. Bila tak ada hujan dan indahnya sinar mentari maka takkan
tercipta pelangi. Begitupun kehidupan. Apabila tak ada kesedihan kita takkan
bisa menikmati indahnya kebahagiaan.
Tiap daun yang jatuh adalah atas kehendak-NYA,,
telah tertulis dalam lauh mahfudz. Padahal ada ber-milyar pohon di dunia ini
yang setiap detik daunnya berjatuhan. Tiap jiwa yang bernafas juga atas
kuasa-NYA. Padahal ada ber-triliun manusia di dunia ini yang tiap detiknya
bernafas….. ini baru di BUMI. Sedangkan dibanding planet lain, bumi sangat
kecil.. dibanding matahari bumi hampir tak terlihat diantara galaksi bumi
sangat kecil padahal masih banyak galaksi lainnya yang belum di jangkau oleh
pengetahuan manusia. SUBHANALLOH ! ALLOHUAKBAR ! ya.. mungkin manusia hanyalah
seperti debu. Bahkan lebih kecil dari sekedar debu.
“Astaghfirullohala’dzim… semua ini milik-MU,,,
aku adalah milik-MU, perjalanan hidupku adalah atas kehendak-MU. Aku hanyalah
seperti debu yang menjalankan skenario kehidupan……..kemudian mati. Aku tau
Engkau MAHA KUASA maka aku MEMINTA ya ALLAH… hilangkan kesedihan dihatiku.
Berilah kebahagiaan yang menentramkan hati dan jiwaku selamanya…………. HIDUP
MATIKU HANYALAH UNTUKMU“ amiin.
BETAPA MAHA BESARNYA ALLAH atas seluruh hidup
dan kehidupan. Lalu bukankah sangat mudah bagi-NYA untuk mensukseskan seorang
anak manusia?? Sangat mudah bagi-NYA untuk menjadikan hidup umat muslim
Berjaya. Sangat mudah bagi-NYA untuk menunjukkan jalan yang lurus bagi manusia
… bukankah semua sudah ada,, manusia tinggal berusaha menggapai dan meminta
pada-NYA? Begitulah seharusnya.. Allah sesuai dengan prasangka hamba-NYA. Maka
memantaskan diri dengan mentaati-NYA agar hidup selalu berprasangka baik dan
sesuai dengan keoptomisan hidup adalah jawabannya… jawaban untuk berhenti
menyesali apa yang telah terjadi. Jawaban untuk selalu bangkit dari segala
keadaan..... karena bangkit itu tak ada. Tak ada kata menyerah untuk trus
berusaha.
Mungkin manusia seperti debu.. dan bahkan lebih
kecil dari debu. Namun manusia bukanlah debu. Manusia bisa lebih me-layak-kan
diri untuk bertemu dengan-NYA. Dengan mentaati-NYA,,dengan terus berusaha agar
tidak seperti debu yang mudah terombang-ambingkan oleh angin kehidupan.
Rabu, 07 Januari 2015
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
― Sapardi Djoko Damono
Kamis, 01 Januari 2015
Untuk Kita Renungkan versi-ku
Katanya setiap pilihan ada konsekuensinya bahkan ketika tak memilih sama sekali pun ada konsekuensinya. Tapi terkadang kita tak mampu berkonsekuensi atas suatu pilihan sendiri dan konsekuensi menjadi seorang muslimin atau muslimat yang lebih sering dilupa. Entah disadari atau tidak,, dinamika-dinamika kehidupanlah yang membuat kita lupa akan daratan. berenang dan menyelam mencari ikan-ikan yang lain. padahal sejatinya ikan itu sudah pasti. padahal sebenarnya untuk mengurai benang yang kusut cukup simple,, ikhtiar dan meminta petunjuk dari-Nya. Namun diri yang lemah akan terpaan membuatnya lupa diri.
Terkadang yang serius dianggap bercanda yang bercanda dianggap serius,, membuat komunikasi manusia tak sehat. benci dan rindu menjadi hal yang tak bisa dipungkiri,, namun lagi-lagi harus dilawan oleh ketakutan-ketakutan akan dosa. hanya bisa menjalaninya saja meski harus menelan bulat-bulat kata-kata bijak yang keluar dari seorang arjuna atau krisna gadungan yang pernah datang. Semua masih terpatri dalam ingatan yang terkadang menyiksa pikiran.
Ah. dunia,, setiap episode2 nya menawarkan pesona yang berbeda. barangkali pesona itu hanyalah sensasi dalam hidup yang apabila telah usai melewatinya kemudian bekal untuk menjadi lebih kuat yang tersisa. Bahkan tetesan-tetesan air mata, rasa sakit ataupun trauma.. hanya sekedar bagian dari "sendagurau" dunia.
Aku dan kau pun sama sama tau bahwa,, dunia ini ibarat "panggung sandiwara" yang pada saatnya nanti pasti akan tamat juga. Tapi aku hanyalah manusia biasa yang sedang hidup di dunia. manusia biasa yang memiliki nurani,, memiliki hati yang dengannya kepekaan akan apa-apa yang telah terjadi di dunia membuatku bisa "merasa" segala macam perasaan. Senang, sedih, suka, duka, bahagia.. cinta dan benci. Sehingga segala macam "rasa" itulah yang seringkali "menghipnotis" diri menjadi seperti lupa bahwa nafas akan terhenti.
Aku hanyalah manusia biasa,, yang memiliki akal pikiran terkadang dimabuk cinta dunia. Segala macam fasilitas dunia membuat kita seakan-akan "candu" pada materi berupa uang maupun benda-benda (gadget, tv, internet, dll). Penilaian sesama manusia memberi perhatian lebih banyak daripada penilaian Tuhan. Akuilah saja kawan, bahwa kita sudah lama di"jajah" hiasan-hiasan dunia yang sejatinya hanyalah semu.
"Kita musti telanjang, dan benar-benar bersih.. suci lahir dan di dalam batin. Tengoklah ke dalam sebelum bicara. Singkirkan debu yang masih melekat..hohoho"
barangkali lirik lagu ebiet ini cocok sama-sama 'untuk kita renungkan'..
#Refleksi tak harus menunggu tahun baru. Refleksi itu setiap hari setiap saat.
Terkadang yang serius dianggap bercanda yang bercanda dianggap serius,, membuat komunikasi manusia tak sehat. benci dan rindu menjadi hal yang tak bisa dipungkiri,, namun lagi-lagi harus dilawan oleh ketakutan-ketakutan akan dosa. hanya bisa menjalaninya saja meski harus menelan bulat-bulat kata-kata bijak yang keluar dari seorang arjuna atau krisna gadungan yang pernah datang. Semua masih terpatri dalam ingatan yang terkadang menyiksa pikiran.
Ah. dunia,, setiap episode2 nya menawarkan pesona yang berbeda. barangkali pesona itu hanyalah sensasi dalam hidup yang apabila telah usai melewatinya kemudian bekal untuk menjadi lebih kuat yang tersisa. Bahkan tetesan-tetesan air mata, rasa sakit ataupun trauma.. hanya sekedar bagian dari "sendagurau" dunia.
Aku dan kau pun sama sama tau bahwa,, dunia ini ibarat "panggung sandiwara" yang pada saatnya nanti pasti akan tamat juga. Tapi aku hanyalah manusia biasa yang sedang hidup di dunia. manusia biasa yang memiliki nurani,, memiliki hati yang dengannya kepekaan akan apa-apa yang telah terjadi di dunia membuatku bisa "merasa" segala macam perasaan. Senang, sedih, suka, duka, bahagia.. cinta dan benci. Sehingga segala macam "rasa" itulah yang seringkali "menghipnotis" diri menjadi seperti lupa bahwa nafas akan terhenti.
Aku hanyalah manusia biasa,, yang memiliki akal pikiran terkadang dimabuk cinta dunia. Segala macam fasilitas dunia membuat kita seakan-akan "candu" pada materi berupa uang maupun benda-benda (gadget, tv, internet, dll). Penilaian sesama manusia memberi perhatian lebih banyak daripada penilaian Tuhan. Akuilah saja kawan, bahwa kita sudah lama di"jajah" hiasan-hiasan dunia yang sejatinya hanyalah semu.
"Kita musti telanjang, dan benar-benar bersih.. suci lahir dan di dalam batin. Tengoklah ke dalam sebelum bicara. Singkirkan debu yang masih melekat..hohoho"
barangkali lirik lagu ebiet ini cocok sama-sama 'untuk kita renungkan'..
#Refleksi tak harus menunggu tahun baru. Refleksi itu setiap hari setiap saat.
Langganan:
Postingan (Atom)