Kamis, 01 Januari 2015

Untuk Kita Renungkan versi-ku

Katanya setiap pilihan ada konsekuensinya bahkan ketika tak memilih sama sekali pun ada konsekuensinya. Tapi terkadang kita tak mampu berkonsekuensi atas suatu pilihan sendiri dan konsekuensi menjadi seorang muslimin atau muslimat yang lebih sering dilupa. Entah disadari atau tidak,, dinamika-dinamika kehidupanlah yang membuat kita lupa akan daratan. berenang dan menyelam mencari ikan-ikan yang lain. padahal sejatinya ikan itu sudah pasti. padahal sebenarnya untuk mengurai benang yang kusut cukup simple,, ikhtiar dan meminta petunjuk dari-Nya. Namun diri yang lemah akan terpaan membuatnya lupa diri.

Terkadang yang serius dianggap bercanda yang bercanda dianggap serius,, membuat komunikasi manusia tak sehat. benci dan rindu menjadi hal yang tak bisa dipungkiri,, namun lagi-lagi harus dilawan oleh ketakutan-ketakutan akan dosa. hanya bisa menjalaninya saja meski harus menelan bulat-bulat kata-kata bijak yang keluar dari seorang arjuna atau krisna gadungan yang pernah datang. Semua masih terpatri dalam ingatan yang terkadang menyiksa pikiran.

Ah. dunia,, setiap episode2 nya menawarkan pesona yang berbeda. barangkali pesona itu hanyalah sensasi dalam hidup yang apabila telah usai melewatinya kemudian bekal untuk menjadi lebih kuat yang tersisa. Bahkan tetesan-tetesan air mata, rasa sakit ataupun trauma.. hanya sekedar bagian dari "sendagurau" dunia.

Aku dan kau pun sama sama tau bahwa,, dunia ini ibarat "panggung sandiwara" yang pada saatnya nanti pasti akan tamat juga. Tapi aku hanyalah manusia biasa yang sedang hidup di dunia. manusia biasa yang memiliki nurani,, memiliki hati yang dengannya kepekaan akan apa-apa yang telah terjadi di dunia membuatku bisa "merasa" segala macam perasaan. Senang, sedih, suka, duka, bahagia.. cinta dan benci. Sehingga segala macam "rasa" itulah yang seringkali "menghipnotis" diri menjadi seperti lupa bahwa nafas akan terhenti.

Aku hanyalah manusia biasa,, yang memiliki akal pikiran terkadang dimabuk cinta dunia. Segala macam fasilitas dunia membuat kita seakan-akan "candu" pada materi berupa uang maupun benda-benda (gadget, tv, internet, dll). Penilaian sesama manusia memberi perhatian lebih banyak daripada penilaian Tuhan. Akuilah saja kawan, bahwa kita sudah lama di"jajah" hiasan-hiasan dunia yang sejatinya hanyalah semu.

"Kita musti telanjang, dan benar-benar bersih.. suci lahir dan di dalam batin. Tengoklah ke dalam sebelum bicara. Singkirkan debu yang masih melekat..hohoho"
barangkali lirik lagu ebiet ini cocok sama-sama 'untuk kita renungkan'..

 #Refleksi tak harus menunggu tahun baru. Refleksi itu setiap hari setiap saat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar