dari apa yang saya pikirkan, untuk menasehati
diri sendiri dan juga semoga menjadi inspirasi bagi siapapun yang “mau-maunya”
membaca tulisan saya
.
Bagaikan debu jalanan yang tertiup angin
Seperti apa hidupnya seorang anak manusia,, ia
tak terlihat dari mata seorang pilot yang sedang menerbangkan pesawatnya di
atas awan. Bagaimanapun seorang anak manusia hidup,, ia tak terlihat antar
manusia lain yang berada di tempat yang berbeda namun setiap hati dan jiwa
seorang anak manusia dapat terlihat dari Ars-nya ALLAH. ALLAHUAKBAR!!
Ketika seorang anak manusia bertanya……
Mengapa harus ada harapan bila akhirnya hanya
hilang ?
Mengapa harus datang bila akhirnya hanya pergi
takkan kembali ?
Mengapa pernah ada bila akhirnya tiada ?
Lalu untuk apa ada-nya itu untuk ketiadaan ?
Untuk apa konkrit bila akhirnya hanya abstrak ?
Semua pertanyaan diatas sepertihalnya menanyakan
mengapa ada kehidupan bila akhirnya berujung pada kematian? atau seperti halnya
lirik lagu shela on seven yang berbunyi “mengapa ada sang hitam,, bila putih
menyenangkan….?”
Pertanyaan konyol tentang kehidupan…kemudian
ditemukanlah jawaban klasik yang memang begitulah adanya…
Semua hal yang terjadi sudah menjadi
kehendak-NYA. Terkadang memang tak sesuai dengan harapan, terkadang memang
berat menghadapi kenyataan, namun itulah… dari masalah kita belajar untuk menjadi
tangguh. Kita tumbuh bersama pengalaman. Sabar dan menerima keadaan untuk
berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Bisa jadi,, itulah cara-NYA
mendekatkan seorang hamba pada SANG KUASA.
Kemudian renungkanlah…. Betapa MAHA BESARnya
ALLAH…! Betapa MAHA KUASAnya ALLAH…! Semua yang telah terjadi atas scenario
dari Allah. Betapa kecilnya manusia di hadapan-NYA?? Betapa ia tak memiliki
apa-apa… Ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan… ketika terjatuh dan sulit
untuk bangkit… ,,ketika resah tak bertepi menerpa … apa yang dirasakan manusia?
Sedih… seperti tak ada lagi arti ia hidup. Kesedihan …yang sungguh bila
ditelusuri lebih lanjut itu tak mengurangi sedikitpun dari KEKUASAAN ALLAH..!
justru apabila manusia tenggelam dalam keterpurukan hanya akan merugikan
dirinya sendiri….
Bila tak ada hitam,, kita takkan mengerti
indahnya putih. Bila tak ada hujan dan indahnya sinar mentari maka takkan
tercipta pelangi. Begitupun kehidupan. Apabila tak ada kesedihan kita takkan
bisa menikmati indahnya kebahagiaan.
Tiap daun yang jatuh adalah atas kehendak-NYA,,
telah tertulis dalam lauh mahfudz. Padahal ada ber-milyar pohon di dunia ini
yang setiap detik daunnya berjatuhan. Tiap jiwa yang bernafas juga atas
kuasa-NYA. Padahal ada ber-triliun manusia di dunia ini yang tiap detiknya
bernafas….. ini baru di BUMI. Sedangkan dibanding planet lain, bumi sangat
kecil.. dibanding matahari bumi hampir tak terlihat diantara galaksi bumi
sangat kecil padahal masih banyak galaksi lainnya yang belum di jangkau oleh
pengetahuan manusia. SUBHANALLOH ! ALLOHUAKBAR ! ya.. mungkin manusia hanyalah
seperti debu. Bahkan lebih kecil dari sekedar debu.
“Astaghfirullohala’dzim… semua ini milik-MU,,,
aku adalah milik-MU, perjalanan hidupku adalah atas kehendak-MU. Aku hanyalah
seperti debu yang menjalankan skenario kehidupan……..kemudian mati. Aku tau
Engkau MAHA KUASA maka aku MEMINTA ya ALLAH… hilangkan kesedihan dihatiku.
Berilah kebahagiaan yang menentramkan hati dan jiwaku selamanya…………. HIDUP
MATIKU HANYALAH UNTUKMU“ amiin.
BETAPA MAHA BESARNYA ALLAH atas seluruh hidup
dan kehidupan. Lalu bukankah sangat mudah bagi-NYA untuk mensukseskan seorang
anak manusia?? Sangat mudah bagi-NYA untuk menjadikan hidup umat muslim
Berjaya. Sangat mudah bagi-NYA untuk menunjukkan jalan yang lurus bagi manusia
… bukankah semua sudah ada,, manusia tinggal berusaha menggapai dan meminta
pada-NYA? Begitulah seharusnya.. Allah sesuai dengan prasangka hamba-NYA. Maka
memantaskan diri dengan mentaati-NYA agar hidup selalu berprasangka baik dan
sesuai dengan keoptomisan hidup adalah jawabannya… jawaban untuk berhenti
menyesali apa yang telah terjadi. Jawaban untuk selalu bangkit dari segala
keadaan..... karena bangkit itu tak ada. Tak ada kata menyerah untuk trus
berusaha.
Mungkin manusia seperti debu.. dan bahkan lebih
kecil dari debu. Namun manusia bukanlah debu. Manusia bisa lebih me-layak-kan
diri untuk bertemu dengan-NYA. Dengan mentaati-NYA,,dengan terus berusaha agar
tidak seperti debu yang mudah terombang-ambingkan oleh angin kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar