Jumat, 19 Desember 2014

Guru atau Pengusaha ?

"Pengalaman yang sangat berharga dalam mengajar itu tak bisa dibeli!" begitu kalimat yang aku resapi dari Pak Human selaku kepala sekolah sma muhiba ketika acara penutupan ppl kemarin. Sungguh mengharukan,, rasanya ingin sekali menyalami beliau, mencium tangan beliau penuh hormat dan mengucapkan kata "trimakasih" sedalam-dalamnya. Namun enggan, kesempatan tak datang padaku untuk melakukannya. terlalu malu rasanya.

kembali aku merekam berbagai ulah siswa di kelas dan tingkah mereka yang parah, keluhan guru2 tentang mereka dan kemarahan guru saat memberi sanksi kepada mereka di kantor. bolos, terlambat, kabur dari kelas saat pelajaran, tidur di kelas, tak memperhatikan guru serta tak mau mengerjakan tugas. dibalik rekaman di otakku yang merasa "prihatin" dengan kondisi siswa-siswi sma muhiba. ternyata menyimpan pengalaman luar biasa yang sungguh benar kata pak Human,, tak bisa dibeli!

Guru. tugas Guru sungguh berat. bayangkan saja,, guru yang sudah puluhan tahun mengajar saja masih kesulitan untuk bisa mengkondisikan kelas. sebab beragamnya sifat dan sikap siswa yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang semakin canggih turut membuat guru kalang kabut memahami kemauan siswa. seperti yang pernah ku katakan bahwa "menaklukkan hati siswa" akan terus menjadi pr guru sepanjang masa.. sebab guru-lah yang banyak dituntut untuk mengerti siswa-siswinya agar pembelajaran berjalan dengan lancar.

Guru yang banyak dituntut untuk dapat mengemban amanah "mencerdaskan kehidupan bangsa" ini memang membuat Guru sangat diperhatikan oleh pemerintah. namun kata "perhatian" dari pemerintah ini masih perlu dipertanyakan. sebab pemerintah justru lebih suka memperhatikan gaji anggota DPR yang sering korupsi, tidur dan rusuh saat rapat dari pada gaji guru yang selalu berkorban demi anak-anak calon pemimpin bangsa ini.

Guru..oh Guru. meski ia selalu dibingungkan oleh kemauan pemerintah baik tentang kurikulum mupun kebijakan2 pendidikan lainnya, namun guru tak pernah protes, mengeluh apalagi demo. guru tetaplah guru yang digugu dan ditiru.

saat seorang kawanku memanggilku dengan kata "Bu Guru" ,,aku merenung dan merenung. pantaskah aku dipanggil demikian?. aku sendiri masih galau antara jadi guru atau pengusaha. namun kemauan orang tuaku bulat. aku harus jadi guru. namun dengan seabreg pr guru dan amanah2nya yang tak mudah membuatku berfikir...tak bisalah dibarengi dengan berwirausaha. sebab aku kalo jadi guru aku ingin harus profesional. apalagi aku guru pai. pertanggungjawabannya sampai ke akherat...belum lagi kursus bahasa arab dan mencicipi dunia pesantren yang seharusnya aku lakoni jika aku menginginkan jadi guru pai yang profesional. ditambah dengan fluktuasi imanku yg naik turun ini....mungkinkah dan bisakah panggilan "Bu Guru" ini bukan hanya sekedar formalitas belaka??

usiaku kini sudah menginjak 22 tahun. bukan cukup muda lagi untuk seorang gadis. aku juga butuh dan harus mempersiapkan diri tuk menjadi calon ibu yang baik buat anak-anakku kelak. dengan begitu,, eh. iya ya,, bukankah dengan begitu... menjadi seorang guru itu merupakan sebuah keniscayaan. mau tak mau,, aku harus menjadi seorang guru pula bagi anak-anakku kelak. kemudian untuk mempersiapkannya juga butuh proses,,. lantas ketika aku memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha dan enggan menjadi guru. bukankah sama saja,, aku juga harus mempersiapkan diri untuk menjadi seorang guru. toh,, ga mungkin juga ketika aku hidup di masyarakat lalu meninggalkan jalan dakwah yang memang sudah menjadi keniscayaan bagiku??

lalu kenapa aku sekarang harus galau untuk menentukan pilihan jadi guru atau pengusaha? bukankah dua-duanya adalah peng"usaha" yang meng"usaha"kan "usaha"nya untuk menjadi hamba Allah yang baik. jika demikian,, Jalani saja..!! jalani apa yang ada dihadapanku.. semampuku.. sembari bertawakal pada Allah. hidup, rejeki, jodoh, mati sudah ditentukan oleh-NYA. kita sebagai hamba hanya berkewajiban untuk menjemputnya dengan usaha dan doa.  Jangan lupa untuk meminta restu sama kedua orang tua dan bertarget.

pertama, yang harus kulakukan sekarang adalah... memperbaiki hubunganku dengan Allah. kemudian menyelesaikan segala perkara dengan sesama manusia... perbaikilah silaturahimku dengan setiap orang yang ku kenal. termasuk masalah badko, hmj, nengok utii*, berkunjung ke rumah sahabat, melunasi segala hutang, dan menyelesaikan segala hal yang tampak mengganjal di hati.

memperbaiki hubunganku dengan lingkungan, keluarga dan merawat rumah ini agar menjadi rumahku..surgaku...
yang paling penting.. memperbaiki hubungan diri dengan diri sendiri. berdamai dengan masalalu, disiplin, bersyukur dan bersemangat. tak ada yang menakutkan di dunia ini, karena yang kutakutkan adalah Allah.. yang kutakutkan adalah ketika aku jauh dari-NYA.  tak ada yang ditakutkan di dunia ini kecuali hanya sikap dan sifat diri sendiri.

*)tulisan ini kubuat setelah dari muhiba pada tanggal 5 Desember 2014 sebelum uti meninggal.    Astaghfirullohala'dzim.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar